Laman

Senin, 06 Februari 2012

Urusan Perut: Te....Sateeee......!!! (Part 3)

Setelah di postingan sebelumnya sudah ada lima jenis sate yang dibahas, maka di postingan kali ini akan saya lanjutkan membahas lima jenis sate lagi. Langsung aja tanpa basa-basi, enjoy!

6. Sate Buntel

 
Susah dijelaskan bagaimana rasa sate buntel ini, gambaran mudahnya seperti ketika makan bakso urat yang kenyal, kurang lebih rasanya seperti itu. Sate khas kota Solo ini berisi campuran urat dan daging kambing yang dicincang lalu dikepal-kepal dan dibungkus dengan lemak kambing. Karena campuran dagingnya besar, sekilas sate ini mirip dengan kebab.Di tempat asalnya, seingat saya ada satu tempat yang terkenal dengan sate buntelnya yaitu Sate Tambak Segaran, dimaa letaknya kurang tau saya, yang jelas itu di sisi jalan ke arah Yogyakarta.
Dulu awalnya saya mengira sate ini akan terasa enek karena porsinya yang kelewat besar, apalagi saya kurang suka dengan daging kambing. Tapi setelah dicoba, asal disantap dalam keadaan panas, sate ini justru terasa sangat gurih dan beda dengan sate kambing pada umumnya. Mungkin ini alasannya, beberapa tempat yang saya temui selalu menggunakan hot plate  untuk menyajikan sate buntel. Cara makannya bisa langsung di santap langsung atau dipotong-potong, lebih mantap apabila disantap dengan cocola kecap yang dicampur dengan irisan kol, tomat, cabe rawit, bawang perah dan perasa air jeruk lemon. Di Jakarta sendiri seingat saya ada satu tempat di Jalan Prof. Dr. Satrio yang jualan sate buntel, tapi saya belum pernah coba disana.

7. Sate Lilit


Jenis sate khas pulau Dewata ini biasanya disajikan sebagai menu pelengkap dalam nasi campur Bali. Satenya bisa terbuat dari daging ayam, udang, ikan, sapi atau campuran misalnya udang dan ikan, atau ayam dan udang. Tusukan sate ini menggunakan serai sehingga terasa harum saat menyantapnya. Nah yang unik adalah dari dua kali makan sate ini, saya selalu menemukan parutan kelapa di dalam kepalan dagingnya, bikin gurih! Tempat menemukan jenis sate ini di Jakarta biasanya di restoran khas Bali atau di hotel-hotel, belum pernah saya lihat ada yang menjualnya di kaki lima.

8. Sate Ambal

 

Saya baru tau ada jenis sate ini belum lama ketika nggak sengaja diajak makan sama teman di daerah jalan Bangka, Jakarta Selatan, tempatnya di sebelah gedung AKA, nama tempatnya saya lupa. Sate ini unik lho karena bumbu kacangnya bukan terbuat dari kacang tanah tapi kacang kedelai yang dibikin tempe setengah  matang (maksudnya belum total jadi tempe). Pantesan aja rasanya aneh, agak-agak berserat gimana gitu, ibarat makan kedelai rebus tapi lebih gurih dan berbumbu.
Setelah googling (ya, penyelamat manusia modern, aku padamu!) nama sate ini ternyata diambil dari kata Ambal, nama sebuah daerah di kabupaten Kebumen, tempat pertama kali sate ini populer. Satenya telah lebih dahulu direndam dalam bumbu sehingga tetap enak dimakan langsung tanpa bumbu, dan uniknya lagi sate ini dimakan bersama dengan ketupat, bukan nasi atau lontong.

9. Sate Ayam Blora


Ciri khasnya yang paling udah dikenali adalah ukuran potongan dagingnya yang kecil-kecil dan tidak menggunakan kulit ayam sama sekali serta ditusuk berjejer dengan rapi. Sebelum dibakar, sate ini telah direndam dengan bumbu dalam waktu yang lama sehingga sudah enak dimakan langsung meski belum dicampur dengan bumbu pelengkapnya. Ciri khas lainnya adalah pada bumbu satenya yang ditambah dengan santan sehingga terasa sangat gurih. Yang unik dalam cara memakannya, selain dengan nasi atau lontong, ada semangkuk kuah berwarna kekuninga untuk pelengkapnya. Tempat juala sate ini yang pernah saya coba ada di jejeran kaki lima di parkiran seberang Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

10. Sate Ayam Ponorogo


Sekilas mirip denga sate ayam Madura, namun perbedaannya terletak pada bumbu kacangnya yang murni terbuat dari kacang tanah saja, tanpa tambahan bumbu apapun sehingga rasanya ya plek rasa kacang tanah. Tapi setidaknya rasa tidak terlalu hambar karena ada tambahan irisan bawang merah yang membuat sensasi sedikit pedas. Uniknya lagi, jenis sate ini juga menyertakan potongan ati dan ampela di dalam tusukannya dan disantap dengan nasi atau lontong. Satu tempat yang menjual jenis sate ini pernah saya temukan di kawasan Jatiwaringin, Jakarta Timur, di seberang supermarket Naga. 
 

Urusan Perut: Te....Sateeee......!!! (Part 2)


Anyway, tidak masalah sate asalnya dari mana, disini saya akan mengangkat tulisan tentang sepuluh sate khas Indonesia yang (mungkin) sudah familiar bagi teman-teman pembaca.Untuk postingan ini, saya akan kasih lima jenis sate dulu, sisanya di postingan berikutnya. Enjoy!

1. Sate Cilacap


Sate ini ciri khasnya adalah tusuknya ada dua buah dalam tiap satenya. Menggunakan potongan daging ayam yang ukurannya lebih besar dari sate ayam lainnya. Bumbunya benar-benar meresap sampai ke dalam daging karena sebelum dibakar, sate sudah terlebih dahulu direndam dalam bumbu. Teman santapnya sih sama dengan sate lainnya, bisa nasi atau lontong. Agak susah memang mencari jenis sate ini di Jakarta, tapi waktu itu saya pernah makan di daerah Kwitang dari penjual keliling. Kurang tau juga apa sekarang masih jualan atau tidak.

2. Sate Ayam Madura

 
Jenis sate ini paling mudah ditemukan di Jakarta dan juga berbagai daerah di Indonesia, mulai dari pedagang keliling, warung tenda sederhana hingga rumah makan besar. Bahkan saking terkenalnya jenis sate ini, sampai-sampai ada sebuah merek restoran premium menyajikan jenis sate ini sebagai menu utamanya. Sate ayam Madura juga menjadi salah satu jenis makanan Indonesia yang paling dikenal oleh para ekspatriat selain nasi goreng.
Ciri khas sate ayam Madura terletak pada bumbu kacang yang gurih dan manis karena berpadu dengan siraman kecap manis. Daging ayam yang biasanya digunakan dalam jenis sate ini adalah ayam ras karena dagingnya empuk. Dalam tiap tusuknya terdiri dari daging dan kulit ayam. Umumnya disantap dengan nasi atau lontong yang ditemani oleh acar. 
Harganya bervariasi, biasaya mulai sekitar Rp. 10.000,- hingga Rp. 15.000,- per 10 tusuk, sudah lengkap dengan nasi atau lontong. Jenis sate ini selalu berhasil menjadi pusat serbuan pecinta kuliner lintas kelas, sekalipun jualannya di pinggir jalan, tetap saja pasti ramai pembeli karena rasanya sudah sangat akrab dengan lidah sejuta umat. Sulit juga merekomendasikan tempat makan jenis sate ini yang paling enak, karena menurut lidah saya hampir sama saja rasanya.

3. Sate Padang

 
Jenis sate ini sangat mudah ditemui di Jakarta dan banyak warga ibukota menjadi penggemarnya, namun banyak juga yang kurang bisa berkompromi dengan cita rasa bumbunya yang kental dan sarat rempah. Sate ini umumnya terbuat dari campuran daging dan lidah sapi, tetapi di berbagai tempat ada juga yang mencampurkan jantung dan usus ke dalam tusuk sate seperti bentuk aslinya di Sumatera Barat sana.
Pernah saya membaca tentang pembahasan sate ini di salah satu edisi majalah Femina di tahun 2009 silam, bahwa sate Padang yang dijual di Jakarta ada dua versi berdasarkan daerah asalnya. Biasanya kita sering menemukan pedagang sate padang dengan nama misalnya Sate Padang Ajo Ramon yang artinya pedagang sate ini berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Istilah Ajo merupakan panggilan untuk anak laki-laki dewasa di sana. Memiliki ciri khas kuah yang kental kemerahan, yang jika di daerah asalnya memang benar-benar berwarna sangat merah. Namun dengan alasan untuk menyesuaikan dengan lidah warga ibukota, maka derajat warna merah pada bumbunya sengaja dikurangi.
Versi lainnya adalah sate Padang Gagrak Padang Panjang yang juga banyak dijajakan di Jakarta, namun tidak setenar sate Padang Ajo. Sate asal kota Padang Panjang ini memiliki kuah kental berwarna kuning yang jika ingin mendapatkan rasa pedas, pembeli dipersilahkan untuk menambah sendiri sambal yang disediakan.
Apapun versinya, yang membuat sate ini terasa nikmat di lidah saya adalah karena sate disajikan di atas alas daun pisang serta ditaburi taburan bawang merah di atas kuah yang kental, hmmm lezatnya. Ada satu rekomendasi sate Padang favorit saya yaitu sebuah kedai di daerah PAL, beberapa langkah di sebelah kirinya pintu masuk pabrik baterai Eveready. Harga per porsinya disana dibanderol Rp. 10.000,- saja.

4. Sate Kambing

 
Sate kambing juga merupakan jenis sate yang populer di banyak daerah, tak terkecuali di ibukota. Mungkin karena penggemarnya banyak, sehingga hampir semua tempat makan yang menyediakan menu sate pasti juga turut menyediakan menu sate kambing.
Kecenderungan jualan sate kambing saat ini banyak merujuk pada sate kambing dengan ciri khas Tegal  yang menggunakan daging kambing balibul (bawah lima bulan) atau bahkan batibul (bawah tiga bulan) dan biasanya disajikan dalam bentuk kiloan yang biasanya terkenal dengan sebuta PSK atau penggemar sate kiloan. Kini tempat-tempat makan denga menu sate seperti itu tidak lagi hanya ada di Sentul atau Puncak saja, karena di beberapa tempat di Jakarta dapat ditemukan penjual sate kambing seperti ini. Seperti salah satunya adala kedai Sate PSK Lenteng Agung yang ada di jalan raya Lenteng Agung ke arah Depok.
Selain itu, sate kambing juga memiliki jenis penyajian lainnya yang tak kalah populer di Jakarta yakni sate Maranggih. Sate yang berasal dari Purwakarta, Jawa Barat ini memiliki cita rasa khas yang cenderung manis karena sebelumnya telah direndam dalam bumbu kecap dalam waktu cukup lama, sehingga dimakan tanpa siraman kecap pun sudah terasa lezat. Saya pernah melihat ada yang berjualan sate Maranggih di Jakarta yakni di kawasan komplek PLN Duren Tiga, Jakarta Selatan. Saya tidak tau berapa harganya, tapi sekilas saya lihat sih sepertinya mahal (hati saya berkata seperti itu ketika lewat didepannya).

5. Sate Banjar


Selain soto Banjar, kuliner asal Kalimantan Selatan ternyata juga memiliki hidangan lain yang tak kalah ngetop dan lezat, yakni sate Banjar. Sama seperti sate Madura, sate ini berisi potongan daging dan kulit ayam dengan bumbu yang berwarna kemerahan. Katanya sih rasanay komplet, ada pedas, asam dan manis (wah, nano-nano banget ya?). Ada yang bilang juga katanya rasa pedas di sate ini sangat menggigit karena kehadiran bumbu habang-nya (bumbu merah) yang terbuat dari cabai merah kering dalam bumbu kacangnya. For your info, bumbu habang merupakan bumbu inti yang banyak mewarnai sajian-sajian khas daerah Banjar dan sekitarnya. Uniknya lagi, sate ini biasa disantap dengan potongan ketupat yang legit. Setelah googling, saya menemukan sebuah tempat makan yang menjual sate Banjar ini yaitu di Soto Banjar Nyaman Ibu H. Amir di Jalan Pangeran Antasari no. 25, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.